MAKALAH BAHASA INDONESIA
PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER
UNTUK GENERASI MUDA DI ERA
GLOBALISASI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Eksistensi suatu bangsa sangat
ditentukan oleh karakter yang dimilikinya. Hanya bangsa yang memiliki karakter
kuat yang mampu menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani
oleh bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu menjadi bangsa yang berkarakter adalah
impian bangsa Indonesia.
Meskipun sudah bukan hal yang baru
lagi, namun harus diakui bahwa fenomena globalisasi adalah dinamika yang paling
strategis dan membawa pengaruh dalam tata nilai dari berbagai bangsa termasuk
bangsa Indonesia. Sebagian kalangan menganggapnya sebagai ancaman yang
berpotensi untuk menggulung tata nilai dan tradisi bangsa kita dan menggantinya
dengan tata nilai yang popular di negara asing.
Di era globalisasi yang tidak mampu
menahan derasnya arus informasi dari dunia manapun, membuat generasi muda
dengan mudah mengetahui dan menyerap informasi dan budaya dari negara lain,
demikian sebaliknya negara manapun dapat dengan mudah mendapatkan segala bentuk
informasi dan budaya dari negara kita, disinilah karakter bangsa diperlukan
karena apabila karakter bangsa tidak kuat maka globalisasi akan melindas
generasi muda kita. Generasi muda diharapkan dapat berperan menghadapi berbagai
macam permasalahan dan persaingan di era globalisasi yang semakin ketat
sekarang ini.
Untuk membentengi generasi muda
khususnya pelajar agar tidak terlindas oleh arus globalisasi maka diperlukan
pembangunan karakter yang kuat. Membangun karakter tidaklah segampang
membalikkan telapak tangan, meskipun tidak mudah tetapi membangun karakter
sangat penting, apalagi bagi generasi muda yang merupakan komponen bangsa
Indonesia yang paling rentan dalam menghadapi terpaan arus globalisasi. Karena
bagaimanapun juga generasi muda kita adalah cerminan karakter bangsa Indonesia.
Apabila generasi muda kita tidak menjunjung tinggi nilai dan norma menurut
falsafah Pancasila maka dapat dikatakan karakter bangsa kita memudar dan
hilang, bila karakter suatu bangsa hilang maka tidak ada lagi nama bangsa
Indonesia di peta dunia.
Dewasa ini karakter bangsa kita
dipandang sebelah mata oleh negara lain, bahkan banyak orang-orang Indonesia
tidak mau mengakui bahwa dirinya berasal dari Indonesia, mereka malu menjadi
orang Indonesia. Hal ini mereka akui karena banyaknya kasus yang terjadi di
Indonesia. Mereka takut negara lain memandang mereka berasal dari negara
teroris, atau negara para koruptor, negara yang memiliki segalanya tetapi tidak
mampu mengolah sumber daya alamnya, negara bodoh, negara penonton, negara
majemuk yang masyarakatnya sering ricuh antar etnis, mementingkan diri sendiri
dan sukunya tanpa mempedulikan orang lain, kasus korupsi, kolusi dan nepotisme,
atau negara yang tidak memiliki kualitas dalam bidang apapun.
Dalam menghadapi era globalisasi,
pendidikan sangat diperlukan untuk membangun karakter bangsa. Baik itu dari
pendidikan formal, informal maupun non formal. Semua pendidikan intinya adalah
membawa perubahan karakter menjadi lebih baik.
Sehubungan dengan hal tersebut,
Karakter bangsa masih dapat diselamatkan dan ditumbuh kembangkan melalui
pembelajaran yang berkelanjutan. Proses pembelajaran membawa siswa kepada sosok
generasi bangsa yang tidak sekedar memiliki pengetahuan, tetapi juga memiliki
moral yang mencerminkan nilai-nilai luhur yang tertanam dalam benak siswa.
Seiring denga era globalisasi dan kemajuan dunia informasi, bangsa Indonesia
tengah dilanda krisis nilai-nilai luhur yang menyebabkan martabat bangsa
Indonesia dinilai rendah oleh bangsa lain. Oleh karena itu, karakter bangsa
Indonesia saat ini perlu dibangun kembali.
I.2 Tujuan Membuat Makalah
Untuk mengetahui usaha-usaha yang dapat kita lakukan dalam
upaya pembentukan karakter Generasi muda dan peranannya dalam menghadapi
berbagai permasalahan dan persaingan di era globalisasi saat ini.
I.3 Rumusan Masalah
Usaha apa yang dapat kita lakukan untuk membangun karakter
dalam diri seorang generasi muda dan bagaimana peranan seorang generasi muda
dalam menghadapi berbagai macam permasalahan dan persaingan di era globalisasi
sekarang ini.
I.4 Sistematika Penulisan
BAB
I - PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang Masalah
I.2
Tujuan Membuat Makalah
I.3
Rumusan Masalah
BAB II – KAJIAN
TEORI
II.1
Pengertian Globalisasi
II.2
Ciri-ciri Globalisasi
II.3
Proses Globalisasi
II.4
Karakter Bangsa
II.4.1
Pengertian Karakter Bangsa
II.4.2
Nilai-nilai Karakter Bangsa
II.4.3
Pentingnya Karakter Bangsa
II.5
Dampak Globalisasi
II.6
Arti Penting Pendidikan Karakter Bagi Generasi Muda Menurut
Beberapa Tokoh
dan UUD 1945
BAB III –
PEMBAHASAN
III.1 Berkurangnya Karakter Generasi Muda Akibat
Globalisasi
III.1.1
Bentuk Berkurangnya Karakter Generasi Muda Akibat
Globalisasi
III.1.2
Penyebab Berkurangnya Karakter Bangsa
III.2 Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Generasi Muda
III.2 Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Generasi Muda
III.2.1
Fungsi Pendidikan Karakter
III.2.2 Lingkup
Pendidikan Karakter
III.2.3
Penentu Keberhasilan Pendidikan Karakter
III.3 Peranan Generasi Muda Dalam Menghadapi Arus Globalisasi
III.3 Peranan Generasi Muda Dalam Menghadapi Arus Globalisasi
BAB IV – PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
KAJIAN TEORI
II.1 Pengertian Globalisasi
Menurut asal katanya, kata
"globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja
(working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang
melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, proses sejarah, atau
proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama
lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan
menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi lain, ada yang melihat
globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki
pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi
tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara
yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan
negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab,
globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan
berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama
Globalisasi adalah sebuah istilah
yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa
dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan,
budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain
sehingga batas-batas suatu negara menjadi
semakin sempit.
II.2 Ciri-ciri Globalisasi
Berikut ini beberapa ciri yang
menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
1. Perubahan
dalam Konstantin ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon
genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan
bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan
massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang
berbeda.
2. Pasar dan produksi ekonomi di
negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantungan sebagai akibat dari
pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan
multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
3. Peningkatan
interaksi kultural melalui
perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita
dan olah raga internasional). Saat ini, kita dapat mengkonsumsi, mengalami
gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam
budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
4. Meningkatnya
masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional
dan lain-lain.
Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa
transformasi ini telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan
pemahaman baru bahwa dunia adalah
satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri
kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa
terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama,
perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan
dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi
social
II.3 Proses Globalisasi
Globalisasi sebagai suatu proses bukanlah suatu fenomena
baru karena proses globalisasi sebenarnya sudah ada sejak berabad-abad lamanya.
Proses globalisasi lahir dari adanya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
transportasi dan komunikasi. Teknologi satelit, telepon, dan internet membuat hubungan
antar manusia semakin dekat, yang membuat kita seakan-akan tidak memiliki sekat
penghalang dan waktu tempuh seakan-akan tidak ada. Kemajuan dibidang
transportasi membuat orang lebih mudah untuk bergerak dari suatu tempat ke
tempat yang lain dengan waktu yang relative singkat. Pergerakan ini tidak hanya
membawa pengalaman dan wawasan tentang suatu daerah melainkan kebudayaanpun
lebih cepat menyebar melalui media massa maupun elektronik, seperti televisi,
radio, koran, dan majalah yang semuanya itu merupakan alat yang sangat efektif
untuk penyebaran budaya diseluruh penjuru dunia.
Globalisasi akan memberikan corak kebudayaan baru dan
memberikan dampak yang luas terhadap kebebasan budaya setempat dan memperkuat
kebudayaan barat dalam budaya masyarakat setempat di negara-negara berkembang melalui suatu
penjajahan baru, yaitu penjajahan kebudayaan baik itu dalam bidang sosial,
ekonomi maupun dalam bidang politik. Kebudayaan baru yang bebas seperti
perkembangan teknologi, informasi, telekomunikasi, dan satelit akan mengubah nilai-nilai
kebudayaan masyarakat yang dimiliki oleh negara berkembang dan mengubahnya
dengan visi dan misi globlisasi barat. Kebudayaan ini membuat negara berkembang
lebih bergantung dan terikat dengan keputusan yang dibuat oleh penguasa barat.
Kesadaran untuk membentuk masyarakat dan pemimpin dunia yang
bertanggung jawab untuk menjaga kepentingan, keselamatan, dan keamanan dunia
membuka perspeksi baru dalam pendekatan isu globalisasi, yaitu isu yang
mengancam dunia masa kini dan masa datang.
Naisbitt dan Aburdene membuat prediksi bahwa menjelang
berakhirnya abad XX, di dunia terjadi kecenderungan-kecenderungan perubahan
yang besar yang sering disebut dengan istilah “ Megatrend 2000”. Megatrend
itu tidak datang dan pergi begitu saja, namun akan terjadi perubahan baik
dibidang sosial, ekonomi maupun politik secara bertahap. Mereka akan
mempengaruhi kita untuk beberapa waktu antara tujuh sampai sepuluh tahun atau
bahkan bisa lebih lama lagi.Sasaran utama untuk mencapai visi dan misi
globalisasi barat di negara berkembang yaitu
generasi muda, karena pada usia inilah emosi seorang generasi muda masih
labil dan pada usia generasi muda inilah seseorang mulai mencari jati diri
mereka yang sebenarnya sehingga usia-usia inilah yang paling rentang terhadap
pengaruh globalisasi barat. Arus globalisasi yang semakin deras yang dihadapi
oleh seorang generasi muda memerlukan alat yang kuat sebagai filter dampak yang
ditimbulkan, salah satunya yaitu karakter yang kuat. Dengan karakter
inilah generasi muda bisa menyaring kebudayaan baru yang dibawa oleh
globalisasi barat.
II.4 Karakter Bangsa Bagi Generasi muda
II.4.1
Pengertian Karakter
Karakter
dapat diartikan sebagai ciri khas yang dimiliki oleh seseorang, selain itu
karakter yang dimiliki oleh seseorang bisa memberikan gambaran kepada kita
tentang kepribadian orang tersebut. Demikian pula dengan karakter bangsa, Karakter
bangsa yang dimaksudkan adalah keseluruhan sifat yang mencakup perilaku,
kebiasaan, kesukaan, kemampuan, bakat, potensi, nilai-nilai, dan pola pikir
yang dimiliki oleh sekelompok manusia yang mau bersatu, merasa dirinya bersatu,
memiliki kesamaan nasib, asal, keturunan, bahasa, adat dan sejarah bangsa.
II.4.2
Nilai-Nilai Karakter Bangsa Indonesia
Ada tujuh
budi utama yang mencerminkan karakter bangsa Indonesia menurut Ary Ginanjar
yaitu jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil dan peduli
yang harus dilandasi dengan empat pilar bangsa yaitu Pancasila, NKRI, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. ESQ mencanangkan
Indonesia Emas 2020 yaitu bangsa yang bermoral dengan nilai tujuh budi utama
dan akan menghasilkan generasi terbaik.
Sedangkan ada sekurang-kurangnya 17 nilai karakter bangsa yang diharapkan
dapat dibangun oleh bangsa Indonesia. Adapun nilai-nilai karakter bangsa yang
dimaksud adalah iman, taqwa, berakhlak
mulia, berilmu/berkeahlian, jujur, disiplin, demokratis, adil, bertanggung
jawab, cinta tanah air, orientasi pada keunggulan, gotong-royong, sehat,
mandiri, kreatif, menghargai dan bertutur kata yang baik.
II.4.3
Pentingnya
Karakter Bangsa
Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki,
meningkatkan seluruh perilaku yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai,
potensi, kemampuan, bakat dan pikiran bangsa Indonesia.
Keinginan menjadi bangsa yang berkarakter sesungguhnya sudah lama tertanam
pada bangsa Indonesia. Para pendiri negara menuangkan keinginan itu dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea ke-2 dengan pernyataan yang tegas, “…mengantarkan
rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Para pendiri negara menyadari
bahwa hanya dengan menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmurlah bangsa Indonesia menjadi bermartabat dan dihormati bangsa-bangsa
lain.
II.5 Dampak globalisasi bagi Generasi muda
Era globalisasi banyak membawa perubahan, baik yang berdampak positif
maupun yang berdampak negatif bagi kehidupan. Dalam era globalisasi segala
aspek kehidupan berangsur – angsur mengalami perubahan. Salah satu contohnya
terjadi pada kehidupan generasi muda, kebanyakan generasi muda cenderung tidak
bisa menyaring pengaruh globalisasi. Sehingga, banyak generasi muda yang
terjebak dalam pengaruh buruk globalisasi.
Dampak dari Era Globalisasi Terhadap Generasi muda
-
Aspek Sosial
Bersosialisasi
merupakan hal yang menyenangkan bagi sebagian generasi muda. Karena, mereka
bisa mendapatkan banyak teman dan mereka juga bisa saling bertukar pikiran
dengan teman mereka tersebut. Dengan bersosialisasi, mereka bisa menemukan hal
– hal baru yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya dan dengan begitu,
mereka akan mudah memahami satu sama lain. Dengan bersosialisasi secara benar,
akan banyak hal positif yang akan didapat. Contohnya saja mereka akan banyak
mempunyai banyak koneksi untuk dapat lebih banyak mengenal dunia kerja yang
akan berguna bagi kehidupan mereka nanti. Akan tetapi, jika generasi muda tidak
bisa bersosialisasi secara baik yang di dapatkan hanya sebuah pergaulan bebas
di luar batas yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Oleh
sebab itu, generasi muda seharusnya mempunyai sebuah pegangan hidup untuk dapat
memfilter dirinya dari berbagai macam dampak globalisasi.
-
Aspek Norma
Norma
merupakan aturan tidak tertulis sebagai pedoman masyarakat dalam menjalani
kehidupan yang mengikat seluruh lapisan masyarakat dan memiliki sanksi sosial.
Pada saat era globalisasi sekarang ini norma – norma dalam berkehidupan sudah
banyak yang di abaikan keberadaannya. Norma – norma tersebut sudah mulai
terhapuskan oleh banyaknya aturan – aturan baru yang sangat membebaskan segala
sesuatu, hal tersebut berdampak besar bagi para generasi muda zaman sekarang.
Saat ini, generasi muda tidak lagi memperdulikan adanya aturan – aturan tidak
tertulis tersebut. Banyak generasi muda yang melakukan pelanggaran atas norma
yang ada pada masyarakat tersebut. Padahal, norma berperan penting dalam
menegakkan ketertiban berkehidupan dalam masyarakat. Seharusnya, generasi muda
dapat mempertahankan norma- norma tersebut agar ada pengendali dalam
kehidupanya.
-
Aspek Budaya
Budaya pada
saat ini sudah mulai banyak bercampur dengan budaya asing akibat dari era
globalisasi. Dimulai dari budaya berpakaian, pada saat ini generasi muda
berkecenderungan mengikuti budaya asing. Contohnya, sekarang sebagian generasi
muda lebih suka menggunakan pakaian yang mini dan tidak lagi menyukai cara
berpakaian yang tertutup dan sopan. Ini dikarenakan alasan mereka, bahwa apabila tidak menggunakan trend
pakaian terkini maka mereka di anggap
tidak trendy.
Berkurangnya budaya – budaya tradisional yang terdapat di berbagai daerah.
Kurang perdulinya para generasi muda kepada budaya tradisional semakin
mempercepat punahnya kebudayaan tradisional tersebut. Saat ini banyak sekali
generasi muda yang tidak mengetahui apa budaya khas yang terdapat di daerah
dirinya tinggal. Hal ini sangat memprihatinkan sekali, terlebih jika mengingat
Indonesia yang terkenal akan berbagai macam kebudayaan yang dimilikinya.
Ketidak tahuan generasi muda tersebut mengundang pihak lain untuk mengklaim
budaya Indonesia menjadi budaya miliknya, padahal jelas – jelas kebudayaan
tersebut adalah budaya asli Indonesia.
Selain itu dari jenis makanan yang di konsumsi, para generasi muda lebih
cenderung menyukai makanan-makanan cepat saji yang akan mempengaruhi kondisi kesehatan
mereka apabila terus menerus dikonsumsi. Peran lingkungan diperlukan untuk
dapat mengatasi masalah ini.
-
Aspek Pendidikan dan Tekhnologi.
Aspek
pendidikan juga terkena imbas dari era globalisasi akan tetapi lebih banyak
dampak positifnya, karena pada saat ini para generasi muda dapat dengan mudah
mengerjakan tugas sekolah dengan
menggunakan bantuan internet. Tetapi apabila tidak bisa menggunakan
teknologi dengan bijaksana, generasi muda akan mendapatkan dampak negatifnya
yaitu akan merasa kecanduan dan mungkin bisa mengakses hal-hal yang seharusnya
tidak mereka ketahui juga akan muncul budaya baru yaitu, budaya “ copy +
paste”. Budaya ini membawa pengaruh buruk bagi perkembangan pendidikan para
generasi muda, karena mereka hanya perlu menyalin isi dari informasi yang
mereka cari tanpa mengetahui apa isi dari informasi tersebut.
II.6 Arti Penting Pendidikan
Karakter Bagi Generasi muda Menurut beberapa tokoh dan UUU 1945.
1. Menurut Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono
Penyelewengan terhadap nilai-nilai
Karakter Bangsa membuat bangsa Indonesia kehilangan jati dirinya yang
sebenarnya. Hal ini dilihat dari lunturnya kebudayaan asli Indonesia yang telah
digantikan oleh kebudayaan baru ala Globalisasi Barat. Hilangnya jati diri
bangsa disebabkan oleh memudarnya nilai-nilai karakter yang dimiliki bangsa
Indonesia. Untuk mengatasi hal yang demikian maka perlu adanya suatu usaha
untuk mengembalikan nilai-nilai karakter yang dimiliki bangsa Indonesia
terutama bagi Generasi muda yaitu dengan adanya Pendidikan karakter.
Kondisi yang memprihatinkan itu
tentu saja membuat rasa gelisah semua komponen bangsa, termasuk presiden
Republik Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
memandang perlunya pembangunan karakter saat ini. Presiden menyatakan,
“Pembangunan karakter (character building) amat penting. Kita ingin
membangun manusia Indonesia yang berakhlak, berbudi pekerti, dan mulia. Bangsa
kita ingin pula memiliki peradaban yang unggul dan mulia. Peradaban demikian
dapat kita capai apabila masyarakat kita juga merupakan masyarakat yang baik (good
society). Dan, masyarakat idaman seperti ini dapat kita wujudkan manakala
manusia-manusia Indonesia merupakan manusia yang berakhlak baik, manusia yang
bermoral, dan beretika baik, serta manusia yang bertutur dan berperilaku baik
pula”.
Untuk itu perlu
dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karkater manusia dan
bangsa Indonesia agar memiliki krakter yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang
tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran
penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi
mental.
2. Menurut KI Hajar
Dewantara
Melalui
pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan
karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Ki
Hajar Dewantara dengan tegas menyatakan bahwa “pendidikan merupakan daya upaya
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan
wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya
pendidikan karakter.
3. Menurut UUD 1945
Dalam
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional telah
ditegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Namun tampaknya upaya
pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dan institusi pembina lain
belum sepenuhnya mengarahkan dan mencurahkan perhatian secara komprehensif pada
upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional.
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Berkurangnya karakter Generasi
muda akibat Globalisasi
III.1.1 Bentuk Pemerosotan Karakter Generasi muda
Arus
globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan
generasi muda. Pengaruh globalisasi terhadap generasi muda begitu kuat.
Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak generasi muda kita
kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan
dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari generasi muda
sekarang, yaitu :
- Dilihat dari sikap, banyak generasi
muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada
rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan
keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya
gang motor generasi muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu
ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
- Fenomena lain yang mencoreng citra pelajar dan lembaga pendidikan adalah
maraknya ‘gang pelajar’ dan ‘gang motor’. Perilaku mereka bahkan seringkali
menjurus pada tindak kekerasan (bullying) yang meresahkan masyarakat dan
bahkan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan.
Semua perilaku negatif di kalangan pelajar dan mahasiswa tersebut, jelas
menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan
oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping
karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung.
- Dikalangan
pelajar dan mahasiswa penggerusan moral ini tidak kalah memprihatinkan.
Kebiasaan ‘mencontek’ pada saat ulangan atau ujian masih dilakukan. Keinginan
lulus dengan cara mudah dan tanpa kerja keras pada saat ujian nasional
menyebabkan mereka berusaha mencari jawaban dengan cara tidak beretika. Mereka mencari ‘bocoran jawaban’ dari berbagai sumber yang tidak jelas.
Apalagi jika keinginan lulus dengan mudah ini bersifat institusional karena
direkayasa atau dikondisikan oleh pimpinan sekolah dan guru secara sistemik.
Pada mereka yang tidak lulus, ada di antaranya yang melakukan tindakan nekat
dengan menyakiti diri atau bahkan bunuh diri. Perilaku tidak beretika juga
ditunjukkan oleh mahasiswa. Plagiarisme atau penjiplakan karya ilmiah di
kalangan mahasiswa juga masih bersifat massif.
- Dari cara berpakaian banyak generasi
muda kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat.
Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh
yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas
tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat
beraneka warna. Dengan kata lagin, orang lebih suka jika menjadi orang lain
dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak generasi muda yang mau
melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan
kepribadian bangsa.
- Teknologi internet merupakan
teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa
saja. Apa lagi bagi generasi muda internet sudah menjadi santapan mereka
sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat
yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini,
banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Bukan hanya
internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial
terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan
menggunakan handphone.
Jika
pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, apa jadinya generasi muda tersebut? moral
generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda.
Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa
cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat.
Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika
penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme? yang pasti negara kita akan
mudah untuk dikendalikan oleh bangsa asing yang pada akhirnya bangsa kita akan
dikuasai oleh bangsa asing.
III1.2 Penyebab Terkikisnya Karakter Bangsa
Pada jaman
sekarang perhatian anak muda hanya terpusat kepada pembangunan ekonomi dengan
orientasi ke fisik. Dengan karakter demikian tak mengherankan apabila di
kalangan anak muda tumbuh subur sifat-sifat materialisme, praktek korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN) serta berbagai jenis perilaku tidak terpuji
lainnya. Selain itu karakter anak muda saat ini sudah luntur dari pembangunan
kemanusiaan, hal itu dapat kita lihat dari berbagai sisi kehidupan manusia yang
selama ini luput dari pembangunan karakter, jiwa dan raga manusia, contohnya
banyak terjadi kesenjangan sosial terutama dikota-kota besar, orang yang kaya
akan semakin kaya dan orang miskin akan semakin miskin, hal ini disebabkan
kurangnya kesadaran dari kaum elit untuk
membantu orang-orang miskin yang ada disekitarnya.
III.2 Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Generasi
muda
III.2.1
Fungsi Pendidikan Karakter
Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional, pendidikan karakter dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara lebih khusus pendidikan
karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu :
1. Pembentukan
dan pengembangan
Potensi pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi
manusia atau warga negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan
berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup Pancasila
2. Perbaikan
dan Penguatan
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karaker manusia dan warga Negara
Indoneisa yang bersifat negative dan memperkuat peran keluarga, satuan
pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan
bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warga Negara menuju
bangsa yang berkarakter, maju, mandiri dan sejahtera.
3. Penyaring
Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa
sendiri dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi
karakter manusia dan warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang
bermartabat.
III.2.2
Lingkup Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter meliputi dan
berlangsung pada :
1.
Pendidikan
Formal
Pendidikan karakter pada pendidikan formal berlangsung pada lembaga
pendidikan Taman Kanak-kank, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas, dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, kegiatan kelompok dan
ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan membiasakan. Sasaran pada pendidikan formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga
kependidikan.
2.
Pendidikan Nonformal
Pada pendidikan nonformal pendidikan karakter berlangsung pada lembaga
kursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, dan lembaga pendidikan
nonformal lain melalui pembelajaran, kegiatan kelompok dan ekstrakurikuler,
penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan nonformal adalah peserta didik, pendidik, dan
tenaga kependidikan.
3.
Pendidikan Informal
Pendidikan karakter pada pendidikan informal berlangsung pada keluarga yang
dilakukan oleh orangtua dan orang dewasa lain terhadap anak-anak yang menjadi
tanggungjawabnya.
Namun tampaknya upaya pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan dan institusi pembina
lain belum sepenuhnya mengarahkan dan mencurahkan perhatian secara komprehensif
pada upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dalam pendidikan, membangun
karakter bangsa mencakup upaya untuk mencapai suatu proses internalisasi
pengetahuan yang kemudian dapat berlanjut sampai dengan terjadinya suatu
perubahan. Disini diperlukan adanya perubahan dari segenap komponen bangsa ini
untuk sanggup melakukan pergantian atau perubahan setelah menjalani setiap
proses pembelajaran.
III.2.3
Penentu Keberhasilan Pendidikan Karakter bagi Remaja
Dalam dunia pendidikan, keberhasilan pendidikan bukan diukur dari
tercapainya target akademis siswa, tetapi lebih kepada proses pembelajaran
sehingga dapat memberikan perubahan sikap dan perilaku kepada siswa. Masih
banyak guru-guru yang menyatakan bahwa keberhasilan pendidikan hanya diukur
dari tercapainya target akademis siswa, karena sebagian mereka mengajar dengan
orientasi bahwa siswa harus mendapatkan nilai yang bagus sehingga dapat
dianggap siswa atau guru itu telah berhasil melaksanakan pendidikan.
Jika tidak ada pembelajaran dalam pendidikan, maka hasilnya akan seperti
sebelumnya, dapat diartikan bahwa tidak ada perubahan. Kita menginginkan adanya
proses pembelajaran yang dapat memberikan perubahan atau dampak positif pada
perilaku dan sikap pelajar kita sehingga mereka tidak hanya menguasai ilmu
pengetahuan secara akademik tetapi mereka dapat membentuk karakter yang kuat
bagi dirinya.
III.3 Peranan Generasi muda dalam menghadapi arus
Globalisasi
Dalam menghadapi arus globalisasi yang semakin pesat, karakter bangsa yang
kuat sangat diperlukan, maka dituntut peran penting dari generasi muda,
khususnya perannya sebagai character
enabler, character builders dan character engineer. Tiga peran itu adalah :
- Sebagai Pembangun kembali karakter bangsa (Character builder).
Ditengah-tengah derasnya arus globalisasi, peran ini tentunya sangat berat,
namun esensinya adalah adanya kemauan keras dan komitmen dari generasi muda
untuk menjunjung tinggi nilai-nilai moral untuk menginternalisasikannya pada
aktifitas sehari-hari.
- Sebagai Pemberdaya karakter (Character enabler)
Peran ini juga tidak kalah beratnya, selain kemauan kuat dan kesadaran
kolektif dengan kohesivitas tinggi, masih dibutuhkan adanya kekuatan untuk
terlibat dalam masyarakat maupun di tempat asing.
- Sebagai perekayasa karakter (Character engineer)
Peran ini menuntut generasi muda untuk terus melakukan pembelajaran, adanya
modifikasi dan rekayasa yang tepat disesuaikan dengan perkembangan jaman. Peran
generasi muda dalam hal ini sangat diharapkan oleh bangsa, karena ditangan
merekalah proses pembelajaran adaptif dapat berlangsung dalam kondisi yang
paling produktif.
Menghadapi
globalisasi, karakter generasi muda harus lebih meningkatkan pembangunan budi
pekerti dan sikap menghormati dan harus mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari. Menteri Pendidikan Nasional menegaskan, bahwa “tidak ada
yang menolak tentang pentingnya karakter, tetapi yang lebih penting adalah
bagaimana menyusun dan menyistemasikan, sehingga anak-anak dapat lebih
berkarakter dan lebih berbudaya”.
Meskipun
begitu generasi muda nantinya masih memerlukan dukungan dari pemerintah maupun
komponen bangsa lainnya, namun esensi utamanya tetap pada peran generasi muda.
Hal tersebut selain karena generasi muda masih berada dalam puncak produktifitasnya,
juga karena generasi muda adalah komponen bangsa yang paling strategis
posisinya dalam memainkan proses transformasi karakter dan tata nilai di
tengah-tengah derasnya liberalisasi informasi era globalisasi.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Pada akhir
pembuatan makalah ini, kami ingin menayampaikan kesimpulan agar bisa tercapat
pendidikan berkarakter di kalangan generasi muda.
-
Pendidikan merupakan wahana yang tepat untuk
menumbuhkembangkan karakter bangsa yang baik. Melalui Pendidikan dapat membangun
karakter generasi muda dalam menghadapi era globalisasi. Karena di dalam
pendidikan ada proses pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan terjadi transformasi
yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang
tidak baik menjadi baik.
-
Peran penting dari generasi muda dalam menghadapi
berbagai permasalahan di era globalisasi ini adalah sebagai penggerak, yang
membangun kembali karakter (character
enabler), Pemberdaya karakter
(character builders) dan Perekayasa karakter (character enginee).
-
Membangun karakter bangsa melalui pendidikan
diharapkan menjadi kegiatan-kegiatan diskusi, dan penampilan berbagai kegiatan
sekolah untuk itu pendidik diharapkan lebih aktif dalam pembelajarannya.
-
Lingkungan sekolah yang kondusif membantu membangun
karakter pelajar. Untuk itu benahi lingkungan sekolah agar menjadi lingkungan
yang positif bagi perkembangan karakter pelajar.
-
Membangun karakter bangsa bukan hanya tugas generasi
muda, untuk itu perlu kedisiplinan tinggi bagi seluruh komponen bangsa dengan
upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum
yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa
DAFTAR PUSTAKA :
-
Peranan
Pendidikan Nasional dalam Pembangunan Karakter Bangsa. www.kemdiknas.go.id (diakses tanggal 12 Juli 2014)
-
http://kang-adek.blogspot.com/2009/01/dampak-globalisasi-terhadap.html (diakses tanggal 12 Juli 2014)